Rabu, 31 Oktober 2018

Calon Siswa Magang Jepang Ikuti Simulasi Tes dan Wawancara di Kantor PPWI Banten

KOPI, Banten - Sejumlah Calon Siswa Pra Magang Jepang yang akan mengikuti Pelatihan Persiapan Magang, dengan didampingi orang tuanya, mengikuti wawancara dan simulasi tes tertulis bidang study matematika dasar dan wawancara di kantor PPWI DPD Provinsi Banten, Jum’at, 26 Oktober 2018.


Ketua PPWI Provinsi Banten, Nursopyan ketika ditemui awak media saat pelaksanaan sesi wawancara dan simulasi ini mengatakan, kegiatan itu dimaksudkan agar para calon siswa pra magang mendapat pembekalan yang cukup sebelum mengikuti pelatihan magang yang sesungguhnya.

“Sengaja kami kumpulkan dulu para calon siswa serta orang tuanya supaya memahami apa-apa saja yang harus dipersiapkan sebelum mengikuti pelatihan magang yang sesungguhnya,” ungkap Nursopyan.

Sementara itu, salah satu orang tua calon siswa pra magang, Puri Tresnawati (38) mengaku, dirinya sangat gembira anaknya bisa mengikuti kegiatan ini.

“Saya sangat gembira sekali anak saya dapat mengikuti kegiatan ini, meski sebelumnya saya merasa ragu karena magang kerja ke Jepang ini hal baru buat saya dan pertama kali ada di sini. Tetapi setelah saya dapat penjelasan dari Pak Asriel dari Gambatte barulah saya memahami ternyata banyak hal positif yang akan didapatkan anak saya dengan mengikuti program Magang Jepang ini,” ujar Puri bersemangat.

Puri, yang juga merupakan salah satu Caleg DPRD Kabupaten Serang Nomor Urut 4 dari Partai Gerindra itu menambahkan, program magang Jepang yang diadakan oleh DPD PPWI Provinsi Banten dengan menggandeng Gambatte Indonesia ini dipandangnya sangat positif.

Karena, lanjut Puri, program tersebut berorientasi membantu Pemerintah dalam mengentaskan dan menekan angka pengangguran di Provinsi Banten umumnya dan Kabupaten Serang khususnya. Di samping itu, program ini juga dapat meningkatkan SDM yang berkualitas dengan mengoptimalisasi usia produktif.

Ia berharap, para lulusan magang ini dapat menjadi figur yang bisa diteladani oleh generasi milenial lainnya sebagai SDM yang berkualitas tinggi, berpengalaman luas dengan skill yang mumpuni.

Di tempat yang sama, Ketua Umum Gambatte Indonesia, Asriel Tatande, yang menjadi mentor para calon siswa pra magang ini menjelaskan, bahwa ada dua keuntungan yang akan didapatkan oleh para peserta pra magang ini kalau lolos seleksi magang Jepang.

“Keuntungan yang pertama adalah tentu saja pendapatan finansial yang lumayan besar, karena gaji peserta magang Jepang ini setengahnya tenaga kerja biasa atau sekitar Rp.15 juta per bulannya bila dirupiahkan. Kedua adalah disiplin yang kuat dan skill yang mumpuni, karena di Jepang, disiplin adalah budaya masyarakatnya, sehingga para siswa magang akan terbiasa dengan pola hidup masyarakat Jepang yang punya sifat disiplin tinggi,” jelasnya. (APL/Red)


https://www.pewarta-indonesia.com/berita/nasional/21697-calon-siswa-magang-jepang-ikuti-simulasi-tes-dan-wawancara-di-kantor-ppwi-banten.html

Pdt. Andrikus Mofu, S.Th, M.Th : "Terimakasih dan Apresiasi Saudara Umat Muslim di Tanah Papua"

NABIRE PAPUA - "Saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi buat Saudara Umat Muslim di Tanah Papua yang telah mengurus seluruh stand-stand dan menyiapkan makanan serta terlibat langsung dalam kegiatan keagamaan Umat Kristen di Tanah Papua" ungkap Pdt. Andrikus Mofu, S.Th, M.Th selaku Ketua Sinode GKI Tanah Papua saat memberikan sambutan dihadapan sekitar 1000 jamaat yang hadir mengikuti acara peresmian dan pentahbisan Gedung Kantor GKI Klasis Nabire, Rabu (31/08/2018).



Lebih jauh Pdt. Andrikus Mofu, S.Th, M.Th menceritakan pengalamannya saat menghadiri peresmian Gereja Efata Kesanaweja Kab. Mamberamo Raya pada tanggal 28 Oktober 2018 yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda ke-90 tahun 2018. Dimana hal yang luar biasa diperlihatkan saat itu. Dirinya sempat terkaget dan terheran-heran melihat suasana saat itu, dimana semua stand yang ada diurus oleh Umat Muslim, termasuk penyiapan makanan untuk undangan dan masyarakat yang hadir di halaman gereja, mereka datang langsung di halamam gereja.

"Saya sampaikan kepada Bapak Bupati Mamberamo Raya. Bapak, untuk menjaga dan mempertahankan ini bisa mudah. Tetapi untuk memperbaiki kondisi-kondisi seperti ini tidaklah mudah", ungkapnya.

Pdt. Andrikus Mofu, S.Th, M.Th, yang juga sempat menjabat sebagai Ketua FKAUB selama 9 ketika dirinya sebagai Ketua Klasis GKI Sorong, menyerukan apa yang sudah dilakukan oleh gereja, dibuktikan oleh gereja, dipertontonkan oleh gereja ini dipertahankan.

"Terimakasih saudara-saudara kita umat muslim Kab. Nabire yang sudah datang hari ini, duduk bersama dengan kita disini. Saya berharap apa yang juga diperlihatkan hari ini di Kab. Nabire, mari kita menjaga, melestarikan dan mempertahankan ini. Urusan agama adalah urusan kita masing-masing, urusan persaudaraan, persamaan dan kesatuan kita dalam kebhinekaan itu menjadi tugas dan tanggungjawab kita bersama," pungkas Pdt. Andrikus Mofu, S.Th, M.Th.

Acara peresmian dan pentahbisan Gedung Kantor GKI Klasis Nabire dan Kantor PSW YPK Nabire yang berada di Jln. Merdeka Kelurahan Oyehe Kab. Nabire tersebut dihadiri oleh Bupati Nabire Bpk. Isaias Douw beserta istri, Ketua Sinode GKI Tanah Papua Pdt. Andrikus Mofu, S.Th, M.Th, serta ribuan jamaat GKI Klasis Nabire. Pembangunannya sendiri menghabiskan dana hampir mencapai 2 milyar rupiah berasal dari donasi dan sumbangan jemaat, selama hampir 2 tahun. Keberadaan gedung baru tersebut diharapkan dapat menjadi pusat kendali pelayanan GKI Klasis Nabire kepada umat dan masyarakat. [B4YU]


https://www.pewarta-indonesia.com/berita/nasional/21696-pdt-andrikus-mofu-sth-mth--qterimakasih-dan-apresiasi-saudara-umat-muslim-di-tanah-papuaq.html

Ketersediaan Akses Media Massa di Perbatasan Perkokoh Rasa Nasionalisme

KOPI, Merauke  -  Kapuslitbang Strahan Balitbang Kemhan RI Laksamana Pertama Ir. Agus
Rustandi,M.Engsc,MMDS,M.A beserta rombongan  tiba  di Pos Kout Sota Satgas Pamtas Yonif Mekanis 521/DY Kampung Sota,Distrik Sota Kab. Merauke dalam rangka Pengumpulan Data FGD (Forum Group Discotion) dan peningkatan akses media massa diwilayah perbatasan guna memperkokoh rasa Nasionalisme di Kab. Merauke dihadiri oleh sekitar 20 orang, Rabu (31/10).

Wilayah Kampung Sota Distrik Sota merupakan salah satu pintu masuk antara Warga PNG dan RI terdiri dari 5 Kampung, 3 kampung berada di dalam Kawasan Taman Nasional Wasur.

Danramil Sota Mayor Inf Daniel Ngilawane yang berada di lokasi ketika dikonfirmasi PPWI dari Angkasa Jayapura, Rabu mengungkapkan bahwa kegiatan FGD (Forum Group Discusion) dengan instansi Pemerintah Distrik Sota, Koramil 1707-16/Sota, Polsek Sota dan Satgas Pamtas dilaksanakan di Pos Komando Utama Satgas Pamtas Yonif Mekanis 521/DY.

“Materi yang menjadi pembahasan diantaranya yakni Patroli bersama dengan Militer PNG, Pengendalian mobilisasi penduduk dari PNG ke Indonesia dan sebaliknya serta pengamanan patok batas Negara,”ujarnya.

Menurut Dia, Warga Masyarakat Distrik Sota masih mempunyai hubungan emosional dengan Warga Masyarakat PNG terbukti adanya jalinan hubungan baik antara Masyarakat Asli Papua (Pribumi) dengan Masyarakat pendatang,termasuk hubungan Toleransi antar umat beragama sangat baik dan harmonis.

“Pukul 10.30 Wit kegiatan FGD (Forum Group Discotion) selesai dilanjutkan Foto bersama di gerbang Pos Kout, peninjauan ke Patok Batas MM 13 Sota, dan Patok Batas titik 0 KM Merauke-Sabang serta pasar perbatasan Sota,”katanya.

Kegiatan Program Kerja Balitbang Kemhan RI T.A 2018 dalam rangka Pengumpulan Data dan FGD (Forum Group Discotion) serta meningkatkan Akses Media Massa diwilayah Perbatasan berdasarkan Surat Keputusan Kabalitbang Kemhan Nomor : KEP/670/XII/2017 tanggal 28 Desember 2017 tentang Program Kerja Balitbang Kemhan TA. 2018 dan Surat Rencana Pelaksanaan Kegiatan Nomor : RENLAKGIAT/83/I/2018 tanggal 9 Januari 2018 tentang Litbang Strategi Peningkatan Akses Media Massa di Wilayah Perbatasan Guna Memperkokoh Nasionalisme.(wawan).


https://www.pewarta-indonesia.com/berita/nasional/21695-ketersediaan-akses-media-massa-di-perbatasan-perkokoh-rasa-nasionalisme.html

Selasa, 30 Oktober 2018

Kembali Putri Papua Dipercaya Menjadi Danramil

KOPI,Jayapura - Ditemui di ruang kerjanya, di sela-sela kesibukannya saat ini sebagai Perwira Seksi (Pasi) Pers Kodim 1701/Jayapura, Lettu CAJ (K)  Hagar Haryani Samon berkisah tentang perjalanannya menjadi seorang prajurt TNI Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad).

Empat puluh tahun silam, di sebuah Kampung Yansu, Distrik Kemtuk Gresik, Kabupaten Jayapura, sepasang suami istri, Alexander Samon dan almarhum Huida Waru, melahirkan anak kembar perempuan bernama Hagar Haryani Samon dan Clara Samon.
Dari dua saudara kembar ini, Hagar Haryani Samon, sejak kecil sebagai anak periang yang kerap melakukan tugas pria seperti bertani di ladang kakao (coklat) di kampung halamannya, milik Alexander Samon, yang notabene adalah ayah kandungnya. Tak jarang, Hagar melakukan hal itu bersama saudara kembarnya, Clara.

Enam tahun waktu berjalan, Hagar pun lulus Sekolah Dasar (SD), tepatnya pada 1990. Kurang lebih 12 km jalan kaki pergi pulang menuju sekolah (saat itu belum ada olek). Sengatan matahari terus ia lalui saat-saat menempuh  Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kampung halamannya dan lulus pada 1993. Tak terasa, perempuan ini telah tumbuh sedikit demi sedikit sebagai pelajar SMA, banyak aktivitas sekolah yang terus dikerjakannya demi meraih cita-citanya.

Di tengah-tengah keluarga, ketika dirinya menonton sebuah tayangan di televisi, ia melihat gagahnya prajurit-prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) ketika baris-berbaris dan menampilkan keahlian militer mereka, dan muncul di benaknya sambil berangan-angan dalam barisan tersebut, ada dirinya mengenakan pakaian loreng militer Indonesia.
Tiga tahun terlewati, tepatnya 1996, dirinya pun lulus SMA. Tuntutan ekonomi keluarga yang membuat dirinya tak lagi bisa mengejar cita-citanya menjadi seorang prajurit TNI. Satu tahun lebih dirinya fokus membantu orangtuanya menggarap kebun kakao di Genyem, Kabupaten Jayapura.
Tak mau sia-sia orangtuanya mengeluarkan uang untuknya bersekolah, dirinya pun bertekad keras mendaftar Secaba PK–V di Kodam XVII Cenderawasih, pada 1998. Di tengah perjalanan, dirinya memberitahukan kepada Bapade (Om) bernama Sertu Tidores Samon, yang juga keluarga dari ayahnya, dan di situlah ia menginformasikan kalau dirinya sedang tes tentara.

Anak dari delapan bersaudara ini tak memberitahukan kepada kedua orangtuanya, terlebih kepada saudara-saudaranya, dengan tujuan agar dirinya dapat fokus dan terus berlatih di bawah pengawasan Sertu Tidores Samon. Ia sebagai anak keempat tetap berjuang demi masa depan dirinya dan keluarga. Akhirnya, cita-cita yang ia dengungkan terus-menerus dalam sebuah doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dikabulkan.

Hasil kelulusan kala itu, hanya 2 perempuan Kowad mewakili Papua dikirim bersama 100 orang lainnya ke Bandung, Jawa Barat, mengikuti pendidikan. Tahun yang sama, dirinya dinyatakan lulus, namun kesedihan menyayat perasaannya, karena tak ada satupun sanak saudara, bahkan orangtuanya datang melihat kelulusannya, dikarenakan masalah ekonomi.

“Perasaan sedih pasti ada, waktu itu ingin juga orangtua hadir. Tapi, keterbatasan biaya, karena adik-adik masih banyak yang perlu dibiayai sekolah. Saya anggap teman-teman yang ada di situ adalah keluarga saya,” kata Hagar, sambil mata berkaca-kaca. 

Meskipun teman-teman dan para instruktur di lembaga pendidikan berasal dari suku, ras dan agama yang berbeda-beda namun kami dibentuk dalam hubungan keluarga yang sangat kental. Meskipun Saya jauh dari keluarga di Papua, tapi di sini di lingkungan TNI Saya mendapatkan banyak sekali saudara yang memperlakukan Saya lebih dari Saudara kandung. Itulah yang mendorong semangat Saya dan semakin membulatkan tekad Saya untuk mengabdi kepada Bangsa dan Negara dalam lingkungan TNI. Hagar menambahkan.

Siapa yang sangka, perempuan asli Papua, lahir dan besar dari orangtua petani, mampu mematahkan stigma perempuan tak mampu mencapai lebih tinggi setara dengan laki-laki itu memiliki pangkat Sersan Dua. “Orang lain bisa, kenapa saya tidak bisa?” kata Hagar, yang kini sudah 19 tahun mengabdi kepada NKRI di TNI AD.
Serda (k) Hagar Haryani Samon, ditempatkan untuk bertugas mengabdi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad) di Dinas Penelitian AD. Delapan tahun dirinya bertugas jauh dari tanah kelahirannya. Kangen orangtua dan saudara-saudaranya, perempuan inipun mengajukan pindah ke Papua dan dikabulkan pimpinan, kala itu tahun 2005.

Tahun itulah, dirinya dipindahkan ke Kodam XVII Cenderawasih, dan menjadi Sekpri Pangdam Mayjen TNI George Toisutta, hingga masa akhir 15 September 2006. Setelah pergantian Pangdam, dirinya mengajukan diri pindah ke Badan Pembina Administrasi Veteran dan Cadangan Kodam (Babinminvetcaddam) XVII Cenderawasih.

Terbuka peluang untuk ikut kesempatan jasmani bagi prajurit Kodam XVII Cenderawasih, tahun 2012 dirinya mendaftar tes Secapa Reg Tahun Anggaran 2012-2013, perempuan ini lolos dan disekolahkan selama setahun di Bandung, Jawa Barat, dan kembali ke Kodam XVII Cenderawasih pada 2014.
Sekembalinya itu, dirinya ditugaskan menjadi Perwira Urusan (Paur) Penerangan Korem 172 Praja Wira Yakti hingga 2016. Melihat tugas yang cukup mumpuni itulah, dirinya ditugaskan ke Kodim 1702/Jayawijaya sebagai Perwira Seksi (Pasi) Pers, yang membawahi 13 Koramil dan 8 Kabupaten, yakni Jayawijaya, Yahukimo, Yalimo, Nduga, Lanny Jaya, Pegunungan Bintang, Tolikara dan Mamberamo Tengah.

Di saat dirinya membawa calon Catam gelombang pertama ke Jayapura pada sekitar 14 Februari 2017, dan saat mampir ke Korem 172/PWY, sontak rekan-rekannya memanggil ‘Ibu Danramil’. Ia pun kaget dan berkata, “Saya dengar wacana itu, langsung saya tolak. Kalaupun saya jadi Danramil, jangan di Abepura, karena di sini tingkat konflik tinggi, politik tinggi. Belum siap saya,” kata mantan Atlit Kodam XVII Cenderawasih tahun 2006-2009, itu.

Dirinya sempat mendapat perkuatan dari seorang perwira di Korem 172/PWY, namun isu-isu dirinya akan menjadi Danramil Abepura belum ada kejelasan. Setelah enam hari, dirinya mendapat Surat Perintah menjadi Danramil Abepura pada 20 Februari 2017 dan 29 hari kemudian, tepatnya 21 Maret 2017, dirinya dilantik menjadi Komandan Komando Rayon Militer (Danrmil) 1701-03/Abepura di bawah Komando Distrik Militer (Kodim) 1701/Jayapura.

“Saya berusaha dengan penekatan keagamaan, berikan pemahaman kepada masyarakat tentang apa kebenaran itu. Kalau itu sudah dipahami, maka dengan sendirinya orang akan menghindari berbuat salah,” kata perempuan berpangkat Letnan Satu (Lettu) Corp Ajudan Jenderal (CAJ) Kowad (k), ini yang kini tengah kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura semester 4.

Namun, di tengah rasa bangga akan kesuksesannya itu, kesedihannya terkuak, saat mengingat orangtua perempuannya yang telah meninggalkan dirinya, setelah sukses menjadi Danramil Abepura, dan memimpin lebih dari 35-an personel, lantaran seperti ada yang kurang dalam hidupnya.

“Pertama kali ada Kowad menjabat sebagai Danramil, rasa bangga sekali. Kok, bisa ya saya jadi Danramil? Kenapa Tuhan terlalu cepat memanggil ibu saya yang selama ini membesarkan saya dan saya belum sempat menyenangkan ibu,” kata Kowad, ini sambil meneteskan air mata. Dengan seraya jarinya menghapus air mata, tak henti-hentinya ia mengucapkan terima kasih kepada almarhum R.A Kartini yang kala itu berjuang dan menjadi pelopor perempuan pribumi. “Tak hanya seorang laki-laki harus jadi pimpinan. Kami wanita juga kalau punya kemampuan, kenapa tidak? Saya mengajak perempuan lainnya, tunjukkan kalau kita mampu dan setara dengan laki-laki,” kata Lettu CAJ (k) Hagar Haryani Samon, yang menjadi perwira selama empat tahun.

Dari kesemua itu, perempuan yang kini belum memiliki pasangan tak mau buru-buru menentukan pilihannya. Hal yang ia takutkan dalam perjalanan saat membina rumah tangga, karirnya menjadi terhambat. “Saya sangat terbuka, tapi laki-laki harus memahami tugas pokok saya. Itu yang membuat saya sampai sekarang belum dapat yang tepat, saya tak mau seorang pendamping jadi penghambat karir saya,” tuturnya.

Uniknya, perempuan ini sejak kecil tak suka memakan tradisional Papeda yang terbuat dari sagu. Setiap ada ruang kosong, ia pasti kembali ke kampung halamannya untuk menengok orangtua laki-laki dan sanak saudara. Tak hanya itu, ia pun seringkali mencoba memasak berbagai macam makanan, bila mendapatkan resep-resep baru.

“Papeda saya tidak suka, waktu kecil saya ditakuti kalau tidak makan saya ditembak tentara, akhirnya saya jadi tentara. Cemilan saya paling andalan itu sagu bakar, ulat sagu juga biasa saya makan. Masakan dan makanan favorit saya, ya kangkung bunga pepaya, saya senang memang yang pahit-pahit,” tuturnya.

Delapan bersaudara, kakak tertua sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) ikut suami seorang guru di Kabupaten Jayapura, kedua dan ketiga telah almarhum. Dirinya di urut nomor 4 dan saudara kembarnya nomor lima, telah bekerja sebagai PNS di Pemerintah Kabupaten Sarmi, keenam Polwan di Polres Jayapura, ketujuh perawat di RSUD Abepura, sementara adik bungsu PNS di Kemendagri, Jakarta.

Setelah Hagar, tercatat pula wanita tangguh Papua yang menjabat sebagai Danramil di bumi Cenderawasi ini antara lain Mayor CHK (K) Yuliana Rosaria Yoku Danramil 1701-04/Arso dan Mayor CKU (K) Patrisia Siante Danramil 1708-01/Biak. Sesuai dengan Motto Kowad, “ KAMI BUKAN MAWAR PENGHIAS TAMAN, TAPI KAMI ADALAH MELATI PAGAR BANGSA” Selamat dan sukses para Srikandi Papua!!! (wawan)

Otentikasi: Kapendam XVII/Cend

Minggu, 28 Oktober 2018

Kebakaran Pasar Perbatasan RI-PNG Di Kampung Skow, Distrik Muaratami, Kota Jayapura.

KOPI,Jayapura -  Puluhan kios  berjumlah sekitar 49 unit milik warga hangus terbakar di Pasar Perbatasan RI-PNG Jln. Perbatasan RI-PNG Kampung Skow, Distrik Muaratami, Kota Jayapura, Minggu (28/10).

Kebakaran tersebut diduga penyebabnya adalah adanya kegiatan pembakaran sampah di belakang kios kosong.

Saksi mata a.n Intan Putri Erawati pertama kali melihat dibelakang rumah kosong samping rumahnya ada sampah yang dibakar namun yang bersangkutan tidak menghiraukannya dan masuk ke dalam dapur untuk memasak.  

“Saat itu saya sedang memasak, tiba-tiba ada kobaran api dari samping belakang rumahnya yang di duga berasal dari bakaran sampah kemudian menyambar dapur sehingga mengakibatkan kompor meledak dan mengenai bensin yang berada di dalam dapur sehingga membuat api semakin besar,”katanya.

Menurut Dia, api dengan cepat merambat ke kios-kios yang berada di samping kiri dan kanan mengakibatkan kebakaran semakin meluas
Mengetahui adanya kebakaran Personil Satgas Pamtas RI-PNG Yonif PR 501/BY dipimpin Letkol Inf Eko Antoni Chandra (Dansatgas) bersama masyarakat serta anggota Pospol Sub Sektor Skouw tiba TKP guna membantu memadamkan api dengan menggunakan peralatan seadanya serta mengamankan TKP.

Danyonif PR 501/BY Letkol Inf Eko Antoni Chandra ketika dikonfirmasi PPWI dari Angkasa Jayapura, Minggu, menjelaskan bahwa 2 (Dua) Unit Mobil Pemadam Kebakaran milik Pemda Kota Jayapura tiba pukul 11.17 WIT di TKP langsung beraksi memadamkan api.

“Pada Pukul 12.45 WIT, Api berhasil di padamkan sedangkan kerugian personil yakni  Intan Putri Erawati ( perempuan, 18Th, Islam, Wiraswasta, Jawa, Pasar perbatasan Skouw) mengalami luka bakar pada punggung kaki kanan,”ujarnya.

Sedangkan kerugian Materil diantaranya 49 Kios dan warung makan terbakar habis ,total nilai kerugian sampai saat ini masih dalam pendataan.

“Lebih lanjut dijelaskan untuk warga yang kehilangan tempat tinggal telah disiapkan tenda pengungsian oleh Satgas Pamtas 501, sementara untuk kasus tersebut masih dalam penyidikan Polsek Muara Tami,”katanya.(wawan)


https://www.pewarta-indonesia.com/berita/nasional/21690-kebakaran-pasar-perbatasan-ri-png-di-kampung-skow-distrik-muaratami-kota-jayapura.html

Kamis, 25 Oktober 2018

Dewan Pers Digugat, Saksi Buktikan Kerugian Materil Kebijakan Dewan Pers

KOPI,Jakarta - Dalam sidang lanjutan menggugat Dewan Pers, penggugat menghadirkan saksi yang membeberkan bukti kebenaran, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (24/10/2018).

Advokat Dolfie Rompas, SH, MH, kuasa Hukum Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI) dan Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), yang eksis membela wartawan menjelaskan bahwa agenda utama sidang hari ini adalah menghadirkan saksi fakta. 

"Agenda sidang kali ini menghadirkan saksi dari penggugat, dan juga bukti tambahan dari tergugat," kata Dolfie Rompas, usai persidangan. 

"Hari ini yang memberikan kesaksian pak Syahril Idham, wartawan juga pimpinan organisasi pers (HIPSI - red). Keterangan saksi, yang diajukan oleh penggugat, ada hal yang luar biasa terungkap," lanjutnya. 

Rompas menjelaskan, "Yang pertama adalah bahwa memang benar, akibat dari kebijakan Dewan Pers, maka ada kerugian materil, yang dipertajam oleh hakim, bahwa ada kerugian terhadap pekerja pers."

"Yang kedua, bahwa diakui oleh saksi, memang ada surat edaran yang dibuat oleh Dewan Pers yang berhubungan dengan kebijakan Dewan Pers seperti uji kompetensi wartawan," ungkapnya. 

Lanjut Rompas, saksi menjelaskan surat edaran yang sampaikan kepada pemerintah dan instansi, yang pada intinya tidak boleh melayani wartawan yang abal-abal. 

"Saksi menerangkan yang dimaksud wartawan abal-abal adalah wartawan yang tidak mengikuti uji kompetensi," bebernya.

Seperti diketahui, Organisasi Pers SPRI dan PPWI eksis menyuarakan keluh-kesah para wartawan dan para pemilik media masa yang merasa dirugikan oleh kebijakan-kebijakan Dewan Pers. (TYR/Red)


https://www.pewarta-indonesia.com/berita/nasional/21686-dewan-pers-digugat-saksi-buktikan-kerugian-materil-kebijakan-dewan-pers.html

Rabu, 24 Oktober 2018

Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua Peduli OAP Korban Miras

KOPI,Jayapura - Sekitar 100 orang mengikuti kegiatan Diskusi Publik Penyelamatan Manusia dan Alam Papua dengan tema "Bersatu Selamatkan Manusia Dan Alam Papua" diselenggarakan oleh Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua Se Indonesia (AMPTPI) yang dikoordinir Sekjen AMPTPI Yanuariua Lagoan, bertempat di Asrama Mimika Perumnas I, Jln. SPG Taruna Bhakti, Kelurahan Yabansai, Distrik Heram,Rabu (24/10)


Kegiatan diskusi tersebut adalah wujud apresiasi keprihatinan terhadap peredaran minuman keras sebagai mesin pembunuh paling efektif di Papua yang berakibat pada terancamnya kepunahan orang Papua.

Ketua Solidaritas Anti Miras Dan Narkoba Kota Jayapura Anias Lengka yang berada di tempat acara ketika dikonfirmasi oleh PPWI, Rabu, mengungkapkan OAP harus paham bahwa miras itu dilarang oleh Alkitab Injil, sehingga kita sebagai umat Nasrani harus memahami hal tersebut.

“OAP kalau ingin umur panjang, jangan mau dibodohi dengan miras dan khusus untuk  mahasiswa ibadah harus terus dilakukan bukan sekedar hanya seminar, karena kurang ibadah akan membuat orang lupa diri,”katanya.

Menurut Anias Lengka, akibat miras OAP banyak yang meninggal dunia ,1 dari lima orang OAP mati gara-gara miras, Jadi ini penting sekali untuk kembali pada diri sendiri agar berhenti minum dan tidak mengkonsumsinya lagi.

“Lebih lanjut dikatakan beberapa waktu yang lalu TNI menyita miras tapi mereka digugat, ini kan aneh, padahal faktanya bahwa miras ini adalah sebuah ancaman bagi OAP,”ujarnya.

Gubernur harus segera keluarkan aturan untuk pendataan OAP, karena OAP ini jumlahnya berapa, pendataan harus diperjelas agar proteksi keberpihakan ke OAP jelas, jangan atas nama OAP miras itu dijadikan sebagai lahan bisnis.

“PON 2020 Propinsi Papua adalah sebagai tuan rumah, bagi orang Papua ini merupakan suatu kehormatan dan kebanggan jadi harus segera sadar diri demi nama baik Papua pada perhelatan acara PON tersebut,”katanya.

Turut hadir dalam diskusi tersebut beberapa pejabat perwakilan dari Pemda maupun organisasi AMPTPI diantaranya yakni Ruben Magai SIP (Anggota DPRP komisi 1 bidang pemerintahan), Yanuariua Lagoan (Sekjen AMPTPI) dan Frans Takimai ( Plt. Dewan Pimpinan AMPTPI Wilayah Indonesia Timur). (wawan)



https://www.pewarta-indonesia.com/berita/nasional/21684-mahasiswa-pegunungan-tengah-papua-peduli-oap-korban-miras.html 

Senin, 22 Oktober 2018

Ketum PPWI: Usut Tuntas Pelaku Pembacokan Anak Ketua PPWI Banten

KOPI,Serang - Genta Alfiza Putra Aditya Nur atau nama panggilan Adit (15), anak yatim-piatu yang tinggal bersama neneknya di Desa Junti, Kecamatan Jawilan, Kabupaten Serang, Banten harus menjalani operasi bedah dan rawat inap di Rumah Sakit Rangkas akibat terkena bacokan clurit di pinggang bagian atas, 16 Oktober 2018 lalu. Kejadian naas pembacokan terhadap siswa kelas IX di SMPN 2 Jawilan itu, terjadi pada hari Selasa, 16 Oktober 2018, sekira pukul 13.00 wib, di Jl. Gabus Pamarayan Km 1, Kampung Padasuka, Desa Junti, Kecamatan Jawilan, sekitar 1 kilometer dari sekolahnya.
Oknum pelaku pembacokan diduga bernama Frangky alias Aceng (17), siswa kelas 1 di SMK Swasta Prestasi Berteknologi (Prestek), yang beralamat di Cikande Permai, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang. Sang jagal ini tinggal bersama orang-tuanya, Toni (51) di Kampung Tanjakan, RT 01 RW 01, Desa Leuwilimus, Kecamatan Cikande.

Menurut keterangan paman Adit, Nursopyan, pelaku dan korban tidak saling kenal. “Mereka baru bertemu saat kejadian,” kata Nursopyan yang akrab dipanggil Obot itu.

Sebenarnya dalam peristiwa ini, lanjut Obot, keponakannya yang diasuh dan diangkat sebagai anaknya sejak kecil tersebut merupakan target salah sasaran dari si pelaku dan gerombolannya yang pada waktu itu sedang merencakan tawuran dengan anak-anak siswa dari SMK lainnya di sekitar tempat kejadian perkara. “Anak saya itu korban salah sasaran dari anak-anak yang sedang mencari lawan mereka dari sekolah lain, yang sebelumnya tawuran,” imbuh Obot, yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPD PPWI Banten.

Menanggapi kejadian memilukan yang menimpa keluarga anggotanya di Banten tersebut, Ketua Umum PPWI Nasional, Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA, yang sempat mengunjungi korban menyatakan sangat prihatin dan menyesalkan kejadian penganiayaan keji terhadap Adit. “Saya amat bersedih, prihatin dan menyesalkan kejadian sadis itu, saya kunjungi Adit dan melihat kondisinya, sangat mengenaskan dan memilukan hati,” tutur Wilson melalui pesan WhatsApp-nya kepada pewarta media ini, Senin (22/10/2018).

Untuk itu, alumni PPRA-48 Lemhannas RI itu, menyampaikan pernyataan resminya sebagai berikut:

1. Mendesak pihak Kepolisian Resort Serang dan aparta hukum lainnya di wilayah itu agar segera melakukan langkah-langkah pengusutan hingga tuntas masalah ini, dan memberikan sanksi kepada pelaku sesuai aturan hukum yang berlaku di negara ini.

2. Menghimbau kepada semua sekolah yang ada di Serang dan seluruh Indonesia, terutama dalam kasus ini, SMK Prestek Cikande, untuk meningkatkan pengawasan, pembinaan dan displin moral para siswanya agar tidak berperilaku menyimpang, anti sosial, dan menjadi kriminal di masyarakat.

3. Menghimbau kepada setiap orang tua agar mendidik anaknya dengan baik dan benar, memberikan perhatian dan nasehat serta bimbingan secara terus-menerus kepada anaknya, agar tidak tumbuh liar dan menjadi virus pemusnah individu sesama manusia lainnya di dalam masyarakat.

4. Menasehati kepada setiap anak dan pelajar di Serang secara khusus, dan Indonesia secara umum, agar senantiasa waspada, menjauhi sifat dan perilaku barbar, liar, dan tidak berperikemanusiaan, namun sebaliknya menumbuhkan rasa saling menyayangi sesama manusia, saling menolong, dan saling menjaga keselamatan satu dengan lainnya, agar generasi Indonesia dapat tumbuh berkembang sebagai generasi bangsa yang baik, berbudi luhur, beradab dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

5. Terkait petugas Puskesmas Pamarayan, Serang, Banten, yang terkesan tidak responsif, tidak perduli, dan telah menelantarkan Adit saat ke puskesmas tersebut, dihimbau agar memperbaiki sistim dan kinerja pelayanan bagi masyarakat dalam hal penyelamatan jiwa dan pemberian layanan kesehatan lainnya.

Kronologi Kejadian Pembacokan

Sebagaimana diberitahkan terdahulu, Kejadian pembacokan terhadap Adit bermula pada saat Adit pulang sekolah. Ia bersama dua rekannya bermaksud ke kampung Cigoong, untuk bermain ke rumah teman mereka, yang jaraknya sekitar 1 km dari sekolahnya, SMPN 2 Jawilan.

Menjelang tiba di rumah kawannya itu, mereka melihat serombongan anak-anak yang sedang bawa senjata tajam, bersepeda motor, sekitar 100 orang. Melihat gerombolan itu, Adit dan kawan-kawan langsung balik kanan kembali ke arah sekolahnya. Naas, sekitar 10 orang dari rombongan itu mengejar mereka. Ketika gerombolan itu mendekat, langsung menuju ke Adit. Salah seorang di antara mereka, yakni Aceng, membentaknya bertanya, "Anak mana luh?" sambil mengayunkan clurit ke pinggang Adit.

Ujung clurit tepat menancap di bagian pinggang Adit, agak ke atas ke arah punggung. Darah langsung mengucur deras dari luka dalam hampir 10 centimeter. Sambil menahan sakit yang luar biasa, Adit berlari sekencang-kencangnya ke arah sekolahnya. Untungnya, seorang rekan Adit sedang lewat, dan menolongnya membonceng sepeda motor, menuju ke sekolah untuk bersembunyi.

Setelah keadaan aman, kawan-kawannya berinisiatif membawa Adit dengan membonceng sepeda motor ke Puskesmas Pamarayan, Serang. Tapi, nasib apes lagi menimpa Adit, ia harus menunggu selama lebih dari 1 jam, tidak ada satupun petugas puskesmas yang menolongnya.

Akhirnya, kawan-kawan Adit memutuskan untuk membawa Adit yang sudah pucat-pasi hampir kehabisan darah, ke Rumah Sakit Kartini yang jaraknya sekitar 2 jam perjalanan bermotor dari Pamarayan. Adit dibonceng motor (lagi) oleh kawan-kawannya, karena puskesmas menolak memberikan bantuan peminjaman ambulance yang saat itu sedang parkir, tidak sedang terpakai, di halaman puskesmas.

Perjuangan hidup Adit cukup menegangkan, di perjalanan kendaraan motor yang ditumpangi kehabisan bensin. Akhirnya harus iuran dana di antara kawan-kawannya untuk membeli bensin. Setelah berjalan beberapa saat, kembali musibah datang, ban belakang sepeda motor mereka bocor. Apes!

Namun, akhirnya pertolongan datang. Seorang bapak-bapak lewat dan menawarkan bantuan membawa Adit ke Rumah Sakit Kartini. Setiba di sana, dokter jaga langsung melakukan pemeriksaan luka bacok di pinggang Adit. Dari pemeriksaan singkat itu, petugas menyampaikan bahwa Adit harus dirujuk ke RSUD Rangkas dengan alasan, proses penanganan Adit harus dilakukan dokter bedah, yang saat itu belum tersedia di Rumah Sakit Kartini.

Dengan menempuh perjalanan sekitar 30 menitan, Adit berhasil dibawa oleh pamannya, Nursopyan, ke RSUD Rangkas. Nursopyan datang ke Rumah Sakit Kartini seketika menerima khabar anaknya dibacok orang dan dibawa kawan-kawan sekolahnya ke rumah sakit itu.

Setelah melalui serangkaian operasi oleh dokter ahli bedah dan dirawat selama 5 hari, Adit akhirnya terpaksa dibawa pulang oleh orang tuanya untuk rawat jalan. Alasan utama, karena kedua orangtuanya sibuk mengurus pekerjaan dan anak-anak lainnya, termasuk nenek Adit yang sudah tua di rumah, sementara lokasi Rumah Sakit Rangkas cukup jauh dari rumah kediaman mereka, sehingga amat merepotkan untuk menjaga Adit di rumah sakit.

Saat ini, kondisi Adit, si anak yatim di Jawilan itu masih sangat lemah. Dia kesulitan menarik nafas agak dalam karena terasa sakit di bagian dada kanan, yang terkena bacokan. Informasi dari dokter yang menangani, serangan bacokan itu hampir saja melukai paru-paru kanan Adit. “Kata dokter yang melakukan operasinya, sedikit lagi, tidak sampai satu senti lagi, ujung clurit mengenai paru-parunya Adit,” tutur Nursopyan dengan nada sedih mengakhiri penjelasannya. (HWL/Red)

Bumi Papua Menangis, KKSB Sekap Dan Perkosa Guru Di Mapenduma

KOPI, Jayapura – Untuk kesekian kalinya kejadian menyedihkan di luar batas kemanusiaan terjadi lagi di Bumi Papua baru baru ini yang dilakukan oleh gerombolan KKSB (Kelompok kriminal separatis bersenjata) yakni aksi penyekapan dan pemerkosaan terhadap guru dan tenaga medis di Mapenduma. 
“Sesuai dengan laporan yang kami terima dari jajaran aparat keamanan, bahwa betul telah terjadi penyekapan terhadap para guru dan tenaga medis yang bertugas di Mapenduma oleh KKSB pimpinan Egianus Kogeya sejak tanggal 3 Oktober hingga 17 Oktober 2018,” kata Kapendam XVII/Cenderawadih Kolonel Inf Muhammad Aidi saat dikonfirmasi oleh Penanegeri.com, Minggu (21/10).

Aidi menjelaskan, bahwa salah seorang korban berinisial MT memberikan keterangan kepada aparat keamanan terkait kejadian penyekapan dan pemerkosaan terhadap Tenaga Guru dan Tenaga Kesehatan di distrik Mapenduma Kabupaten Nduga, Papua.

“Saudari MT menjelaskan bahwa mereka (para guru) adalah rombongan pertama yang masuk ke Distrik Mapenduma pada hari Rabu tanggal 3 Oktober 2018 bersama-sama dengan 3 rekan lainya yakni, EL (guru SD) suku Flores, LY (guru SMP) suku Toraja dan FN (guru SMP) suku Paniai. Mereka ditugaskan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Nduga untuk memberikan pelayanan pendidikan di Distrik Mapenduma,” terang Aidi.

Pada saat mereka tiba di Bandara Mapenduma, MT bersama 3 rekannya langsung dicegat dan dikepung oleh gerombolan KKSB lengkap dengan senjata api berbagai jenis.

Setelah pesawat jenis Caravan yang di tumpangi MT dan rekan-rekanya meninggalkan Bandara Mapenduma, pimpinan dari gerombolan KKSB kemudian menyuruh anggota KKSB untuk mengumpulkan dan melakukan pemeriksaan dan penggeledahan terhadap ibu guru MT dan para guru lainnya.
MT sebagai korban menuturkan bahwa KKSB menyita HP dan KTP milik para guru.

“Kami tidak tahu persis berapa jumlah mereka tapi kami perkirakan diatas 20 orang,” ujar MT menuturkan kepada aparat keamanan.
Setelah dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan, MT bersama rekannya diarahkan oleh Kepala Sekolah untuk tinggal di perumahan guru.
Kemudian MT menempati sebuah rumah bersama 2 orang rekannya.

Pimpinan gerombolan KKSB lalu menyampaikan bahwa tenaga guru dan tenaga kesehatan tidak boleh keluar rumah sebelum acara KKSB di distrik Mapenduma selesai. Tidak diketahui acara apa yang dimaksud.

Guru wanita MT itu menyampaikan kepada aparat bahwa sekitar 1 minggu lalu sejak mereka disekap. Suatu malam sekitar pukul 00.30 WIT, telah datang 7 orang anggota KKSB ke tempat tinggal bu guru MT dengan cara mencongkel jendela belakang rumah dan masuk ke dalam rumah yang ditempati MT dan 2 orang temannya.

Kepada aparat keamanan MT mengatakan, bahwa anggota KKSB berjumlah 7 orang lalu masuk ke dalam rumah, mereka langsung memadamkan listrik rumah dan pada saat itu dalam kondisi hujan deras, ibu guru MT dan teman-temannya sudah berupaya berteriak dan meminta pertolongan karena merasa takut, namun tidak ada yang mendengar.

“Kami diancam dengan todongan senjata dan diperkosa secara bergilir oleh 5 orang dari 7 anggota KKSB tersebut,” ujar MT mengisahkan kisah pilunya kepada aparat keamanan.

Menurut MT, sekitar pukul 03.30 WIT, para anggota gerombolan KKSB baru meninggalkan rumah.

Pada pagi harinya MT melaporkan kepada kepala sekolah apa yang telah dialami semalam bersama tekannya di rumah guru tempat mereka disekap.

Setelah kejadian tersebut para guru dan tenaga kesehatan dikumpulkan dan diungsikan ke perumahan puskesmas distrik Mapenduma. Di tempat tersebut sudah ada korban yang lain dengan yakni 6 orang guru SMP, 3 orang guru SD dan 4 orang tenaga jesehatan perempuan.

“Sedangkan saya bertiga dengan teman. Jadi jumlah seluruhnya 16 orang,” lanjut MT kepada aparat keamanan.

Setelah berselang 1 minggu, tepatnya pada hari Kamis tanggal 18 Oktober 2018, para tenaga guru dan tenaga kesehatan dipulangkan menuju Wamena dengan dikawal oleh gerombolan KKSB lengkap dengan senjatanya sampai ke Bandara Mapenduma.

Para korban menuturkan bahwa sebelum mereka naik pesawat pimpinan KKSB mengancam akan membunuh semua tenaga guru dan tenaga kesehatan apabila ada yang melapor ke pihak aparat keamanan.

Selanjutnya, MT dan rekannya sesama guru wanita yang menjadi korban penyekapan dan perkosaan oleh gerombolan KKSB melaporkan kepada aparat keamanan.
“Sesuai dengan data yang kami himpun, pelaku penyekapan adalah KKSB Pimpinan Egianus Kogeya, yang bersangkutan masih hubungan keluarga dengan almahrum Kelly Kwalik pelaku penyanderaan terhadap tim Lorentz tahun 1995/1996 di Mapenduma,” terang Kapendam XVII/Cenderawasih.

Gerombolan kelompok Egianus Kageya diduga kuat sebagai pelaku penembakan pesawat dan pembantaian terhadap masyarakat sipil termasuk anak kecil di Nduga beberapa waktu yang lalu.

Ditanya tentang langkah-langkah dilakukan aparat keamanan menyikapi kasus ini, Aidi menjelaskan, bahwa aparat keamanan pasti akan melakukan tindakan, namun mekanismenya tidak perlu disampaikan ke publik.

Apalagi Pangdam dan Kapolda sudah membentuk Satgas Penegakkan Hukum (Satgas Gakkum).

“Hal ini demi menjamin kepastian dan kewibawaan hukum di wilayah kedaulatan NKRI,” beber Aidi.

“Ini adalah tindakan keji dan biadab yang tidak berprikemanusiaan. Mereka (korban_red) adalah pekerja sosial, mereka rela meninggalkan kampung halaman dan keluarga demi untuk mensejahterahkan dan memajukan masyarakat pedalaman Papua. Tapi mereka justru mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi,” tandas Aidi prihatin dengan adanya kejadian tersebut. (wawan)

Otentikasi: Kapendam XVII/Cend

Jumat, 19 Oktober 2018

Terkait Dugaan Korupsi Parmono, Masyarakat Dibingungkan oleh LHP Inspektorat Pati

KOPI,Pati - Menindaklanjuti laporan di Inspektorat Pemda Kabupaten Pati, Jawa Tengah, perihal adanya temuan bukti petunjuk baru atas pemeriksaan terhadap Parmono, mantan Kepala Desa Semampir yang LHP-nya diduga sarat dengan rekayasa, PPWI dan LPKSM mendatangi  Polres Pati untuk menyerahkan hasil temuan bukti petunjuk baru dimaksud. Harapannya agar pihak Polres Pati dapat menindaklanjuti berkas yang diserahkan, mengingat proses hukum atas kasus tersebut terkesan jalan di tempat,Sabtu(20/10).



Kasus hukum yang menjerat Parmono ini tidak terkait dengan Dana Desa maupun ADD, tetapi dugaan penyalahgunaan PAD pada tahun 2009 - 2011 yang bersumber dari hasil penjualan tanah kubur, sewa bondo deso, dan kompensasi sewa ruko.

Sebagaimana telah diberitakan oleh berbagai media bahwa kasus adanya dugaan tindak pidana korupsi dan penyalahgunaan wewenang ini diadukan oleh Bambang Suherman, SH ketua LSM Sayap Merdeka pada tahun 2015, namun proses pemeriksaan berlangsung tidak mulus karena adanya LHP Inspektorat yang diduga merupakan hasil rekayasa. Masyarakat desa Semampir, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah telah dibuat bingung oleh hasil audit dari Kantor Inspektorat Pemda Kabupaten Pati, karena hasil audit yang tertuang dalam LHP susah dipahami dan tidak sesuai kenyataan.

Kebingungan warga Desa Semampir ternyata selaras dengan konfirmasi dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan media di Kantor Inspektorat Pati beberapa hari lalu (11 Oktober 2018 - Red) yang menemukan kejanggalan hasil audit yang dilakukan oleh Kantor Inspektorat Pati  terhadap Parmono, mantan Kepala Desa Semampir. Dalam LHP sebagai hasil audit ditulis bahwa Kantor Pemerintah Desa Semampir dan aula dibangun oleh Parmono mantan Kades Semampir dengan menggunakan uang hasil sewa bondo desa dan pungutan kompensasi ruko. Namun, dari hasil temuan di lapangan oleh LSM dan Ormas mengungkap bahwa ternyata uang hasil penjualan tanah kubur yang seharusnya untuk tukar guling, juga "diembat" oleh Parmono mantan Kepala Desa Semampir.

Ketika LSM dan media menemukan bukti baru di lapangan, terkuak fakta bahwa bangunan gedung  Balai Desa Semampir sesungguhnya merupakan Gedung Karya yang murni merupakan hibah dari Dinas Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah di Semarang. Temuan ini sangat tidak sinkron dengan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang  beredar di masyarakat, padahal LHP ini sifatnya rahasia.

Seorang warga Desa Semampir yang tidak mau disebutkan namanya ketika dikonfirmasi terkait masalah itu, mengatakan: "Selama ini warga merasa dipermainkan Inspektorat Pati. Kami menerima selebaran LHP menyatakan kalau Kantor Balai Desa dan Aula dibangun oleh Parmono, mantan kepala desa, dan ketika kami mengecek lokasi bangunan, di situ  ditemukan dua prasati dengan isi tulisan yang berbeda."

Lebih lanjut, awak media mengecek bangunan Gedung Karya, ternyata di sana memang ditemukan ada 2 prasasti yang berbeda. Salah satu prasasti dituliskan bahwa Kantor Balai Desa Semampir dibangun oleh Parmono, sedangkan prasasti satunya lagi tertulis bahwa Gedung Karya dibangun oleh Dinas Cipta Karya Semarang. Menurut sumber PPWI Pati, diperoleh keterangan bahwa sesuai dengan arahan Kepala Kantor Inspektorat, maka pada Senin 15 Oktober 2018 DPC PPWI Pati telah mengirimkan surat permohonan kepada Bupati Pati untuk memerintahkan Kantor Inspektorat Pati melaksanakan pemeriksaan ulang terhadap Parmono, mantan Kepala Desa Semampir dan para saksi. (TRI/Red)


https://www.pewarta-indonesia.com/berita/nasional/21662-terkait-dugaan-korupsi-parmono-masyarakat-dibingungkan-oleh-lhp-inspektorat-pati.html

Kehangatan Seni Budaya Serui Mempererat Persatuan Kesatuan Bangsa

KOPI, Serui – Sekitar kurang lebih 200 orang menghadiri pembukaan perlombaan seni anak dan remaja se-Provinsi Papua ke XV tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Dinas kebudayaan Provinsi Papua dan panitia pelaksana dari Dinas Kebudayaan Kab. Kep. Yapen bertempat di halaman LPP RRI jalan Pattimura Distrik Yapen Selatan, Kota Serui Kab. Kep. Yapen , Jumat (19/10).
Kegiatan lomba Seni anak dan remaja Se-Provinsi Papua direncanakan berlangsung selama 3 hari mulai dari 19 - 21 Oktober 2018, dengan tujuan untuk mempererat persatuan kesatuan bangsa melalui ungkapan nilai-nilai seni dan budaya daerah serta untuk mengetahui perkembangan seni pertunjukan Papua terutama kualitas dan kreativitas seniman asli Papua.

Kepala Dinas Kebudayaan Kab. Kep. Yapen Imanuel Yusuf Muai yang berada di lokasi acara ketika dikonfirmasi oleh PPWI di Angkasa Jayapura, Jumat, mengungkapkan dasar pelaksanaan lomba ini adalah Keputusan Gubernur Papua tentang DPA SKPD Dinas Kebudayaan Provinsi Papua dan program Kerja Dinas Kebudayaan Provinsi Papua tahun 2018.

“Saya harapkan dalam lomba ini kita dapat membangun dan menyiapkan anak-anak bangsa secara dini agar menjadi sumber daya manusia yang memiliki kemampuan tinggi, berkepribadian, berakhlak mulia dan mampu berkompetensi, kreativitas dan inovatif,”katanya.

Menurutnya, dalam lomba ini juga dapat menjadi media untuk mengembangkan kreativitas, cara berfikir dan sadar arti pentingnya seni Budaya bagi masyarakat.
“Lebih lanjut dikatakan bahwa potensi anak-anak dan remaja sangat penting ditumbuhkembangkan serta perlu lebih sering diberi kesempatan tampil diberbagai ajang kreasi seni dan bakat,”ujarnya.

Pada saat yang sama Asisten 1 Sekda Kabupaten Kep. Yapen Paul Paru mengatakan bahwa pelaksanaan Iomba yang dilaksanakan setiap tahun, dimaksudkan sebagai suatu strategi dalam mendukung upaya pemerintah untuk mendidlk dan melatlh bakat seni anak dan remaja dl Tanah Papua. 

“Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa oleh sebab itu sejak dini sudah harus ditanamkan nilai-nilai seni serta budaya yang pada akhirnya akan muncul kesadaran akan rasa persaudaraan, rasa memiliki serta rasa kebangsaan,”katanya.(wawan)


https://www.pewarta-indonesia.com/berita/nasional/21661-kehangatan-seni-budaya-serui-mempererat-persatuan-kesatuan-bangsa.html

Senin, 15 Oktober 2018

Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Tahun 2019 di Kabupaten Jayapura

KOPI,Jayapura - 16 (Enam Belas Partai) Partai Politik di Kab. Jayapura mengikuti pelaksanakan Konvoi Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Tahun 2019 di Lapangan Mandala Genyem Distrik Nimbokrang dihadiri oleh sekitar 250 orang, Senin (15/10).


Pelaksanaan konvoi Deklarasi Kampanye Damai tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan suasana pileg dan pilpres yang santun dan penuh kedamaian khususnya di Kabupaten Jayapura.

Ketua KPU Kab. Jayapura Pieter Silas Wally, S. Pd.K yang berada di lokasi ketika dikonfirmasi dari Angkasa Jayapura, Senin mengatakan agar menjaga ketertiban dalam pelaksanaan konvoi Deklarasi damai Kampanye 2019 yang dimulai dari Distrik Nimbokrang sampai di Sentani. 

“Kita ikuti aturan berlalu lintas dan jangan saling mendahului agar tidak terjadi apa-apa selama dalam perjalanan,”katanya.

Menurut Dia, sudah sepatutnya kita mengucapkan terimakasih kepada pihak KPU karena Distrik Nimbokrang menjadi tuan rumah dalam acara deklarasi damai semua partai politik ,mari kita jaga kedamaian dan ketertiban dalam perjalanan selama konvoi.

Pada acara tersebut turut dihadiri pejabat KPU Kab. Jayapura dan apparat keamanan diantaranya yakni, Fred H. H Sorontou, S. IP, Manuel Nasadit, S. Sos, Renida J. Torobi, S. Sos., M. Si, Ipda Andi Basuki Rachmat, SH dan Paul Yaung serta16 (Enam belas) perwakilan Partai Politik.(wawan)

Yahamak : Pelaku Tragedi Nduga Adalah Teroris Papua

KOPI,Timika - Wakil Direktur Yayasan Hak Asasi Manusia Anti Kekerasan (Yahamak) Arnold Ronsumbre menyebut tragedi yang menewaskan banyak ko...