KOPI, Jayapura – Untuk kesekian kalinya kejadian menyedihkan di luar batas kemanusiaan terjadi lagi di Bumi Papua baru baru ini yang dilakukan oleh gerombolan KKSB (Kelompok kriminal separatis bersenjata) yakni aksi penyekapan dan pemerkosaan terhadap guru dan tenaga medis di Mapenduma.
“Sesuai dengan laporan yang kami terima dari jajaran aparat keamanan, bahwa betul telah terjadi penyekapan terhadap para guru dan tenaga medis yang bertugas di Mapenduma oleh KKSB pimpinan Egianus Kogeya sejak tanggal 3 Oktober hingga 17 Oktober 2018,” kata Kapendam XVII/Cenderawadih Kolonel Inf Muhammad Aidi saat dikonfirmasi oleh Penanegeri.com, Minggu (21/10).
Aidi menjelaskan, bahwa salah seorang korban berinisial MT memberikan keterangan kepada aparat keamanan terkait kejadian penyekapan dan pemerkosaan terhadap Tenaga Guru dan Tenaga Kesehatan di distrik Mapenduma Kabupaten Nduga, Papua.
“Saudari MT menjelaskan bahwa mereka (para guru) adalah rombongan pertama yang masuk ke Distrik Mapenduma pada hari Rabu tanggal 3 Oktober 2018 bersama-sama dengan 3 rekan lainya yakni, EL (guru SD) suku Flores, LY (guru SMP) suku Toraja dan FN (guru SMP) suku Paniai. Mereka ditugaskan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Nduga untuk memberikan pelayanan pendidikan di Distrik Mapenduma,” terang Aidi.
Pada saat mereka tiba di Bandara Mapenduma, MT bersama 3 rekannya langsung dicegat dan dikepung oleh gerombolan KKSB lengkap dengan senjata api berbagai jenis.
Setelah pesawat jenis Caravan yang di tumpangi MT dan rekan-rekanya meninggalkan Bandara Mapenduma, pimpinan dari gerombolan KKSB kemudian menyuruh anggota KKSB untuk mengumpulkan dan melakukan pemeriksaan dan penggeledahan terhadap ibu guru MT dan para guru lainnya.
MT sebagai korban menuturkan bahwa KKSB menyita HP dan KTP milik para guru.
“Kami tidak tahu persis berapa jumlah mereka tapi kami perkirakan diatas 20 orang,” ujar MT menuturkan kepada aparat keamanan.
Setelah dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan, MT bersama rekannya diarahkan oleh Kepala Sekolah untuk tinggal di perumahan guru.
Kemudian MT menempati sebuah rumah bersama 2 orang rekannya.
Pimpinan gerombolan KKSB lalu menyampaikan bahwa tenaga guru dan tenaga kesehatan tidak boleh keluar rumah sebelum acara KKSB di distrik Mapenduma selesai. Tidak diketahui acara apa yang dimaksud.
Guru wanita MT itu menyampaikan kepada aparat bahwa sekitar 1 minggu lalu sejak mereka disekap. Suatu malam sekitar pukul 00.30 WIT, telah datang 7 orang anggota KKSB ke tempat tinggal bu guru MT dengan cara mencongkel jendela belakang rumah dan masuk ke dalam rumah yang ditempati MT dan 2 orang temannya.
Kepada aparat keamanan MT mengatakan, bahwa anggota KKSB berjumlah 7 orang lalu masuk ke dalam rumah, mereka langsung memadamkan listrik rumah dan pada saat itu dalam kondisi hujan deras, ibu guru MT dan teman-temannya sudah berupaya berteriak dan meminta pertolongan karena merasa takut, namun tidak ada yang mendengar.
“Kami diancam dengan todongan senjata dan diperkosa secara bergilir oleh 5 orang dari 7 anggota KKSB tersebut,” ujar MT mengisahkan kisah pilunya kepada aparat keamanan.
Menurut MT, sekitar pukul 03.30 WIT, para anggota gerombolan KKSB baru meninggalkan rumah.
Pada pagi harinya MT melaporkan kepada kepala sekolah apa yang telah dialami semalam bersama tekannya di rumah guru tempat mereka disekap.
Setelah kejadian tersebut para guru dan tenaga kesehatan dikumpulkan dan diungsikan ke perumahan puskesmas distrik Mapenduma. Di tempat tersebut sudah ada korban yang lain dengan yakni 6 orang guru SMP, 3 orang guru SD dan 4 orang tenaga jesehatan perempuan.
“Sedangkan saya bertiga dengan teman. Jadi jumlah seluruhnya 16 orang,” lanjut MT kepada aparat keamanan.
Setelah berselang 1 minggu, tepatnya pada hari Kamis tanggal 18 Oktober 2018, para tenaga guru dan tenaga kesehatan dipulangkan menuju Wamena dengan dikawal oleh gerombolan KKSB lengkap dengan senjatanya sampai ke Bandara Mapenduma.
Para korban menuturkan bahwa sebelum mereka naik pesawat pimpinan KKSB mengancam akan membunuh semua tenaga guru dan tenaga kesehatan apabila ada yang melapor ke pihak aparat keamanan.
Selanjutnya, MT dan rekannya sesama guru wanita yang menjadi korban penyekapan dan perkosaan oleh gerombolan KKSB melaporkan kepada aparat keamanan.
“Sesuai dengan data yang kami himpun, pelaku penyekapan adalah KKSB Pimpinan Egianus Kogeya, yang bersangkutan masih hubungan keluarga dengan almahrum Kelly Kwalik pelaku penyanderaan terhadap tim Lorentz tahun 1995/1996 di Mapenduma,” terang Kapendam XVII/Cenderawasih.
Gerombolan kelompok Egianus Kageya diduga kuat sebagai pelaku penembakan pesawat dan pembantaian terhadap masyarakat sipil termasuk anak kecil di Nduga beberapa waktu yang lalu.
Ditanya tentang langkah-langkah dilakukan aparat keamanan menyikapi kasus ini, Aidi menjelaskan, bahwa aparat keamanan pasti akan melakukan tindakan, namun mekanismenya tidak perlu disampaikan ke publik.
Apalagi Pangdam dan Kapolda sudah membentuk Satgas Penegakkan Hukum (Satgas Gakkum).
“Hal ini demi menjamin kepastian dan kewibawaan hukum di wilayah kedaulatan NKRI,” beber Aidi.
“Ini adalah tindakan keji dan biadab yang tidak berprikemanusiaan. Mereka (korban_red) adalah pekerja sosial, mereka rela meninggalkan kampung halaman dan keluarga demi untuk mensejahterahkan dan memajukan masyarakat pedalaman Papua. Tapi mereka justru mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi,” tandas Aidi prihatin dengan adanya kejadian tersebut. (wawan)
Otentikasi: Kapendam XVII/Cend
Tidak ada komentar:
Posting Komentar