KOPI, BOGOR - Hidup bagaikan sebuah perjalanan panjang yang tidak mengenal lelah. Seorang suami memiliki istri dan anak-anak adalah kebahagiaan yang tidak terkira namun kebahagiaan itu membutuhkan pengorbanan dirinya untuk selalu menjadi 'Nahkoda" atau Pemimpin rumah tangganya.
Istri cantik namun bukanlah pendamping yang baik di dalam keluarga. Sholat lima waktu, mengaji memang tidak pernah lupa karena pernah sekolah di Aliyah, karir di pekerjaan pun cukup bagus, tapi karena pergaulan dan godaan materi , berbuat hal-hal negatif menjadi kebiasaan yang dianggap wajar . Ditengah kondisi itu tidak membuatnya menyerah. Semakin membuat dirinya lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Anak-anaknya dibimbing dijalan Allah. Sekalipun tidak mudah, tidak membuatnya menyerah. 'Allah Maha Pengasih, akan membukakan pintu hati istrikuku,' Itulah yang selalu terucap di dalam hatinya. Banyak orang-orang disekitarnya yang menganjurkan untuk meninggalkan saja istri seperti itu, tidak pantas menjadi "Ratu" atau pendamping dalam rumah tangganya apalagi suami sebaik dirinya.
Suami yang setia itu memilih tetap tegar dengan bersikukuh untuk tetap menjaga dan merawat istri beserta anak-anaknya. Sebagai seorang suami yang kehidupan ekonominya standar dan pola hidupnya sederhana serta banyak kekurangan didirinya menyadari bahwa semakin dalam cintanya pada istri maka semakin perih luka dihatinya, namun luka itu juga mengajarkan tentang ketulusan dan pengorbanan demi kebahagiaan orang yang dicintai, karena cinta yang hakiki bukan dilewati dengan pujian, cinta yang hakiki justru diuji dengan berbagai peristiwa yang menyakitkan yang membuat hatinya terluka.
Allah membentuk dan melatih melalui luka itu, bukan pada seberapa besar luka itu tetapi seberapa besar cinta yang dimiliki untuk menjalani luka itu. Kalau cintanya kecil, luka kecilpun menjadi beban yang berat. Namun dirinya memiliki kekuatan cinta yang besar, luka sebesar apapun maka dirinya mampu menanggung luka dan derita yang dialaminya untuk meraih keridhaan Allah
Ditengah luka dan derita yang ditanggungnya, beliau datang & bershodaqoh di Rumah yatim piatu Al-Muhajirin dengan harapan shodaqohnya menjadi jalan untuk meraih keridhaan Allah agar berkenan membukakan pintu hati istrinya. Sampai suatu hari sang istri jatuh sakit karena menderita sakit maag dan typus yang cukup parah dan harus dirawat di Rumah Sakit.
Dalam kondisi sakit yang parah itu akhirnya dapat membukakan pintu hati istrinya, sebuah kesadaran untuk menuju jalan Allah yang selama ini diabaikannya. Air matanya mengalir mendengar suara istrinyanya yang terus menerus beristighfar dan sentiasa berucap kata maaf penuh ketulusan serta menyesal atas perbuatan negatifnya terhadap sang suami ditengah kondisinya yang sedang terbaring lemah.
Doa dan perjuangan yang dilakukan oleh sang suami telah membuahkan hasil. Istrinya telah kembali menjadi pendamping yang baik dan dapat menjadi "Ratu" di dalam rumah tangga, tunduk dan patuh kepada suami, melayaninya penuh cinta kasih sayang serta membimbing anak-anaknya di jalan yang diridhai oleh Allah. Wassalam. ( Wawan )
http://www.pewarta-indonesia.com/inspirasi/rohani/14679-tegarnya-hati-suami.html
Minggu, 05 Oktober 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yahamak : Pelaku Tragedi Nduga Adalah Teroris Papua
KOPI,Timika - Wakil Direktur Yayasan Hak Asasi Manusia Anti Kekerasan (Yahamak) Arnold Ronsumbre menyebut tragedi yang menewaskan banyak ko...
-
KOPI-Abepura, Kapolres Jayapura Kota AKBP. Gustav R.Urbinas memimpin pelaksanakan pembongkaran panggung Panitia Persiapan Deklarasi Kemerde...
-
KOPI-Jayapura, Kakwarda Jayapura, Ibu Cristina Luluporo membuka kegiatan Kemah Prestasi Insan Cendikia (KPIC) Tingkat Penggalang Muslim Se...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar