KOPI-Jakarta, Dunia aktivis Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) ternyata memiliki sisi hitam. Siapa sangka jika pimpinan kelompok mahasiswa yang katanya sebagai pejuang HAM dan kemerdekaan bagi tanah Papua (Papua Barat) ternyata dalam hidup kesehariannya, nafsu akan kekuasaan juga dikuasai oleh nafsu seks yang aneh dan sadis. Sungguh Naif sekali dia yang mengaku sebagai pejuang HAM dan kemerdekaan bangsa Papua tetapi ternyata dia juga sebagai perampas HAM bagi wanita-wanita Papua yang ikut berjuang bersamanya dan menduduki jabatan penting di organisasi .
Tidak ada ikatan pernikahan tapi pria ini (FN/Frans Nawipa ketua AMP-Jakarta) tega mencabuli perempuan yang notabenenya adalah anggota-anggota gerakan mahasiswa AMP sendiri. Bagaikan seorang raja yang bisa seenaknya meminta pelayan-pelayannya, FN memaksa perempuan perempuan disekitarnya tersebut untuk melayani nafsu bejatnya dengan waktu yang berbeda-beda.
Kekerasan, ancaman dan penganiayaan tentu dialami oleh ketiga korbannya. Rasa malu, marah, dan trouma pastilah dialami oleh para korban. Lantaran nama-nama para korban terekspose jelas dalam medsos (fb) kelompok tersebut. Bahkan salah satu korban (OB) merasa perlu menjalani terapi akibat peristiwa yang ia alami. Dan sampai saat inipun, para korban mengaku masih mendapat ancaman dari pelaku apabila menceritakan kejadian sesugguhnya kepada siapapun. Namun sayangnya dengan alasan solidaritas perjuangan organisasi dan hubungan personal, para korban justru enggan melaporkan kejadian pemerkosaan yang dialami ke pihak berwajib (Polisi) agar dapat ditun taskan secara hukum. Belakangan ketiga korban tersebut justru tetap aktif di AMP dan kini menyuarakan pembelaan HAM terhadap kaum perempuan, khususnya perempuan Papua.
Lalu apa yang terjadi dengan FN …??? kini dia tidak diketahui keberadaannya. Namun pada tanggal 31 Maret 2018, Komite Pusat Aliansi Mahasiswa Papua (KP-AMP) telah bersidang untuk mengklarifikasi para korban dan berujung mengeluarkan surat pemecatan terhadap FN, yang ditandatangani langsung oleh Ketua AMP, Jhon Gobai.
Pemecatan dilakukan karena FN dinilai telah melakukan tindakan kekerasan seksual yang cukup parah. Sebelumnya juga AMP telah memberikan peringatan dan somasi keras kepada FN pada saat Forum Nasional AMP beberapa bulan lalu. Atas beberapa kekerasan verbal seks yang telah dilakukannya. Bahkan dalam beberapa waktu kedepan FN juga tidak diizinkan untuk mendatangi Sekretariat Bersama (Sekber) AMP.
Suatu bukti kebobrokan moral dari orang yang mengaku sebagai pejuang HAM namun dirinya sendiri telah melanggar HAM seorang wanita yang patut dihormati dan dijunjung tinggi.(wawan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar