KOPI,Nduga - Publik digemparkan dengan aksi pembantaian Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB atau dulu disebut Organisasi Papua Merdeka/OPM) pimpinan Egianus Kogoya terhadap 31 orang karyawan PT Istaka Karya yang sedang bekerja membuat jembatan untuk jalan trans Papua.
Aksi pembantaian tersebut terjadi, Sabtu (1/12), disebabkan anggota KKSB marah karena difoto saat upacara oleh salah satu karyawan PT Istaka Karya sedangkan karyawan perusahaan tersebut merupakan warga pendatang, sehingga anggota KKSB tersebut berusaha memburu dan membunuh semua warga pendatang yang ada disana.
Mendengar hal itu, puluhan warga pendatang ketakutan dan berlari menyelamatkan diri ke Pos TNI terdekat di Mbua. Pos TNI ini memiliki kekuatan 21 personel TNI dari Yonif 755/Yalet dipimpin oleh Danpos Letda Inf M. Rizal.
KKSB rupanya tidak gentar dan tetap berupaya mengejar warga pendatang yang berlindung di Pos TNI Mbua, mereka menggunakan warga pribumi (warga asli Papua simpatisan KKSB) sebagai tameng yang bergerak di barisan depan, selanjutnya KKSB beserta simpatisannya terus berusaha merangsek maju dan menyerbu pos TNI Mbua dari Yonif 755/Yalet.
Danpos TNI Mbua Letda Inf M. Rizal yang berada di lokasi saat dikonfirmasi PPWI dari Angkasa Jayapura,Rabu, mengungkapkan pada hari Sabtu (1/12), pukul 18.30 WIT KKSB dan warga simpatisan mulai menyerang pos TNI. Mereka menyerang dengan menembaki dan memanah ke arah pos Yonif 755/Yalet.
“Suasana saat itu sudah gelap sehingga situasi dihadapkan pada pilihan yang sulit untuk tetap bertahan di pos atau mundur meninggalkan pos, Danpos kemudian ingat akan penekanan Pimpinan TNI bahwa dimanapun bertugas mereka tidak boleh melanggar HAM,”katanya.
Menurut Dia, apabila anggota TNI di Pos Mbua saat itu bertahan dengan membalas tembakan ke arah kerumunan massa KKSB yang menyerbu Pos, konsekuensinya akan jatuh puluhan bahkan ratusan warga pribumi yang dijadikan tameng oleh KKSB. Hal ini jelas akan melanggar HAM karena tidak semua warga yang ikut menyerbu pos TNI membawa senjata. Lagipula sulit untuk bisa menentukan mana sasaran bersenjata atau tidak bersenjata pada situasi gelap malam seperti itu.
“Saat situasi kritis itu, Danpos memutuskan pasukan untuk mundur meninggalkan pos sambil tetap melindungi warga pendatang yang akan dibunuh KKSB, Pos terpaksa ditinggalkan agar tidak membahayakan keselamatan warga sipil dari kedua belah pihak. Pemunduran ini dilakukan secara heroik dibawah hujan tembakan KKSB dan panah warga simpatisan,”ujar Letda Inf M. Rizal.
Selama pemunduran itu puluhan KKSB dan warga simpatisannya tetap mengejar sambil terus menembak dan memanah anggota TNI dan warga yang dilindunginya.
Salah satu dari tembakan itu mengenai Serda Handoko di bagian wajah. Sementara satu tembakan lainnya mengenai Pratu Sugeng Suyono di bagian tangan. Keduanya masih sadar saat itu dan dibantu oleh rekan-rekannya untuk tetap bergerak menjauhi kejaran KKSB.
Pasukan TNI bersama warga berusaha terus berjalan menembus gelapnya hutan Papua untuk bisa mencapai tempat yang aman kearah Wamena.
Selama perjalanan luka Serda Handoko banyak mengeluarkan darah sehingga akhirnya ia gugur kehabisan darah. Rekan-rekannya memutuskan untuk meninggalkan jenazah Serda Handoko di perjalanan agar sisa pasukan bisa bergerak lebih cepat mengingat KKSB dan warga simpatisannya terus mengejar di belakang mereka.
Setelah berjalan selama 2 hari 3 malam menembus hutan, akhirnya pada hari Selasa (4/12) pukul 11.11 WIT pasukan TNI beserta warga pendatang yang sudah kelelahan itu bertemu dengan pasukan dari Satgas Penegakan Hukum Nemangkawi yang dipimpin oleh AKP Zacharia Asgar.
Kepada pasukan Satgas Nemangkawi, anggota TNI Yonif 755/Yalet memberitahukan bahwa di belakang mereka ada puluhan KKSB bersenjata dan ratusan warga simpatisan sedang mengejar mereka.
Mengetahui informasi tersebut, AKP Zacharia Asgar memerintahkan kepada pasukannya untuk membuat perimeter pengamanan. Tidak lama kemudian terdengar bunyi letusan tembakan sebanyak dua kali dari sisi kanan gunung yang ditembakkan oleh KKSB ke arah rombongan aparat tetapi tidak mengenai sasaran.
Aparat keamanan kemudian berusaha mengejar ke arah suara tembakan tersebut, namun KKSB dan warga simpatisannya ternyata sudah mundur dan melarikan diri masuk ke hutan.
Setelah situasi aman, pasukan melakukan penyisiran untuk mencari jenazah Serda Handoko. Setelah ditemukan, jenazah prajurit TNI itu beserta sisa pasukan TNI dan warga pendatang dievakuasi ke Wamena. Pratu Sugeng Suyono dievakuasi ke rumah sakit di Wamena untuk mendapatkan perawatan kesehatan.
Berkaca pada kejadian ini, ada nilai-nilai ketauladanan dan pengorbanan para prajurit TNI di pos Mbua yang dapat dijadikan contoh bagi para prajurit TNI lainnya. Danpos Mbua telah mampu meminimalisir jatuhnya korban dari pihak warga sipil simpatisan KKSB yang dimanfaatkan sebagai tameng oleh KKSB saat menyerbu pos TNI.
Apabila Danpos Letda Inf M. Rizal salah mengambil keputusan saat itu, maka tidak menutup kemungkinan akan jatuh banyak sekali korban warga sipil dari kedua belah pihak.
Seluruh anggota TNI di pos Mbua beserta warga sipil pendatang yang berlindung didalamnya juga akan menjadi sasaran serbuan KKSB beserta simpatisannya yang berjumlah ratusan orang dengan senjata campuran.
Keputusan pasukan mundur dari pos Mbua untuk meminimalisir korban sipil adalah sebuah keputusan yang tepat, sehingga korban sia-sia dari warga sipil dapat dihindari. Ini menjadi satu catatan penting dan positif bagi TNI menjelang peringatan Hari HAM sedunia ,Senin (10/12).(wawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar